Sabtu, 12 Mei 2012

MADURA PUNYA TRADISI


Karapan Sapi
Karapan Sapi

Karapan Sapi Merupakan Konten Positif

Karapan Sapi menjadi obrolan tentang Madura yang ke dua pada HUT ke 2 Plat-M. Plat-M sengaja mengangkat konten positif tentang Madura, karena ingin menduniakan Madura melalui konten positif yang ada di Madura ini. Salah satunya adalah Karapan Sapi. Mengapa memilih Karapan Sapi? karena Karapan Sapi merupakan salah satu konten positif yang ada di pulau Madura. Madura mulai dari dulu hanya dikenal dengan Carok dan kekerasan orangnya, akan tetapi dari segi yang lainnya misalnya wisata kuliner, tempat wisata, ataupun kebudayaan dan tradisinya Madura kurang dikenal. Nah dari segi inilah aku tertarik untuk mengangkat judul “Karapan Sapi Menduniakan Madura“, agar Madura lebih dikenal oleh masyarakat luas baik didalam maupun diluar negeri.

Silsilah Karapan Sapi

Karapan Sapi disini bukanlah hanya sebuah tradisi yang dilaksanakan secara turun-temurun, melainkan sebuah kebanggaan bagi masyarakat Madura itu sendiri. Sehingga bisa mengangkat derajat dan martabat masyarakat madura. Menurut bapak Hidrocin Sabarudin sebagai Budayawan Madura, yakni selaku pemateri di acara HUT ke 2 Plat-M kemarin menyatakan bahwa Karapan Sapi pertama kali diperkenalkan oleh pangeran Katandur yang berasal dari sebuah pulau kecil yang ada di Madura. Pulau tersebut bernama pulau Sapudi, pulau ini terletak di kabupaten Sumenep. Pada awalnya pangeran Katandur hanya ingin menggunakan tenaga sapi untuk membajak sawah, karena tanah sawah yang ada di pulau itu gersang dan tidak subur. Maka dari itulah Pangeran katandur berencana untuk mengolah tanah persawahan tersebut agar bisa dibuat untuk bercocok tanam. Setelah beberapa lama kemudian karena dirasakan manfaat dari penggunaan sapi ini, maka setiap kali panen sukses dan panen melimpah ruah masyarakatpun ikut serta didalam bercocok tanam tersebut dengan bantuan sepasang sapi didalam mengolah tanah aga bisa ditanami.

Awal Mula Karapan Sapi

Setiap kali panen tiba dan banyak sekali masyarakat yang bergembira atas keberhasilan panen mereka, maka diadakanlah lomba balapan sapi disawah yang telah dipanen tersebut. Tujuannya hanya untuk menghibur masyarakat saja. Pada pelaksanaannyapun hanya disawah yang becek dan berlumpur. Pada waktu itu lomba balapan sapi hanya diiringi dengan teriakan dari mulut serta pukulan atau kepakan dari telapak tangan sang pengemudi yang mengarah ke pantat atau bokong sapi. Seiring dengan berjalannya waktu, balapan sapi berganti nama dengan Karapan Sapi. Karapan atau kerapan berasal dari kata kerap atau kirap yang artinya adalah berangkat dan dilepas secara bersamaan dan dalam bahasa arab adalah kirabah yang artinya persahabatan. Nah dari sinilah karapan sapi mulai dikenal dan diketahui oleh masyarakat di Madura.

Karapan Sapi itu Sendiri

Karapan sapi merupakan nama lain dari lomba balapan sapi. Biasanya dalam sepasang sapi yang akan diperlombakan terdapat 2 sapi, yakni sapi sebelah kanan dan sapi sebelah kiri. Untuk yang sebelah kanan biasanya disebut Pangluar, dan untuk yang sebelah kiri biasanya disebut dengan Pangdalam. Karapan sapi itu sendiri adalah lomba mengadu sepasang sapi yang satu dengan yang lainnya menggunakan kaleles. Kaleles adalah tempat atau alat yang digunakan oleh seorang joki karapan sapi untuk menaiki sepasang sapi karapan ini dan untuk menyatukan sapi ini menggunakan pangonong yang dipasang di punggung kedua sapi, sehingga kedua sapi ini bisa menjadi satu dan searah. Pada intinya, kaleles dan pangonong itu tersambung menjadi satu dan kemudian dipasang pada 2 ekor sapi karapan itu.
Untuk jarak dan lintasan dari perlombaan pacuan tradisional ini pada umumnya panjangnya sekitar 100 sampai 150 meter dengan lama pacuan sekitar 10 sampai 15 detik, karena kecepatan dan ketangkasan dari lari sapi itu yang sangat liar. Pelaksanaan karapan sapi biasanya diiringi dengan upacara khusus oleh para pemilik sapi karapan sebelum perlombaannya dimulai. Biasanya sebelum perlombaan berlangsung, setiap pasangan sapi karapan akan diarak mengelilingi arena Karapan Sapi dan diiringi dengan alat musik yang bernama Seronenan (Musik tradisional khas Madura).

Berbagai Macam Karapan Sapi

Dipulau Madura ini terdapat beberapa macam perlombaan Karapan Sapi, diantaranya adalah: Karapan Sapi Kecil atau biasanya sering disebut dengan Karapan Sapi Kene’, Karapan Sapi jenis ini biasanya diadakan di tingkat kecamatan dan pemenang dari lomba tingkat ini bia mengikuti Karapan Sapi Besar. Selanjutnya ada Karapan Sapi Besar atau yang sering disebut Karapan Sapi Raja atau kerap Gubeng, Karapan Sapi jenis ini biasanya juga disebut dengan Karapan Negara dan biasanya diadakan di ibukota kabupaten dan peserta dari Karapan Sapi jenis ini adalah pemenang dari tingkat sebelumnya. Kemudian Karapan Sapi Undangan atau yang sering disebut dengan Karapan Sapi Onjengan, Karapan Sapi Jenis ini diikuti oleh peserta yang diundang, baik dari dalam maupun dari luar kabupaten. Berikutnya adalah Karapan Sapi tingkat Karesidenan, Karapan Sapi jenis ini biasanya diikuti oleh para pemenang dari empat kabupaten yang ada di Pulau Madura. Karapan Sapi ini adalah acara Puncak yang biasanya diadakan dikota Pamekasan untuk mengakhiri musim karapan sapi, disini memperebutkan Piala Presiden. Dan yang terakhir adalah Karapan Sapi Latihan atau yang sering disebut dengan Jher-Ajheren, Karapan Sapi jenis ini biasanya tidak tentu pelaksanaannya dan biasanya diadakan sesuai dengan kesepakatan antar pemiliknya atau sesuai dengan para pelatih sapi Karapan tersebut.

Pihak yang Terlibat dalam Karapan Sapi

Karapan Sapi merupakan salah satu jenis perlombaan yang melibatkan berbagai pihak didalamnya, pihak-pihak yang dimaksud adalah orang yang ikutn mensukseskan Karapan Sapi. Orang-orang yang dimaksud adalah: Ada orang yang mengendalikan Sapi Karapan pada saat perlombaan, biasanya disebut dengan tukang Tongko’. Kedua adalah orang yang menggertak atau berteriak-teriak kepada sapi agar pada saat dilepas maka sapinya akan berlari cepat dan kencang, biasanya disebut dengan tukang Gettak. Selanjutnya orang yang bertugas untuk menarik dan menuntun sapi karapan agar patuh dan mau terhadap perintah pelatih, biasanya disebut dengan tukang Tonja. dan yang terakhir adalah orang-orang yang bertugas sebagai suporter bagi sapi-sapi yang didukungnya, biasanya disebut dengan tukang Gubra.

Tempat dan Pelaksanaan Karapan Sapi

Karapan sapi dimulai dengan upacara sebelum memulai perlombaan, dengan diiringi musik tradisional khas pulau Madura yakni Seronenan. Setelah selesai Upacara, maka saatnyalah perlombaan Karapan Sapi dimulai. Dua pasang sapi dilepas diarena pacuan sapi karapan, sapi-sapi tersebut berpacu dengan kecepatan yang sangat tinggi karena disemangati oleh seorang joki yang menungganginya. Sapi-sapi tersebut melaju sampai garis finish dan tak lupa pula sang joki menghentikan laju dari sapi-sapi yang ditungganginya dengan cara meloncat ke punggung dari sapi tersebut. Tujuannya agar tidak menabrak para penonton yang ada di sekitar garis finish. Sedangkan ditepi arena, dibatasi dengan pagar yang terbuat dari bambu. Para penonton menyaksikan perlombaan ini dari pinggir arena, tepatnya dibalik pagar yang terbuat dari bambu itu. Teriakan dan gemuruh dari para penonton yang menyaksikan disamping arena membuat suasana perlombaan menjadi semakin seru dan meriah. Apalagi ketika sapi karapan telah sampai di garis finish, maka riuh dan gemuruh dari penonton tambah menggubrak arena. Karapan Sapi biasanya diadakan dilapangan terbuka yang terdapat di tiap-tiap kota kabupaten di pulau Madura. Yakni di Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep.
karapan sapi di madura
karapan sapi di madura

Keuntungan dan Nilai Kebudayaan dari Karapan Sapi

Karapan sapi telah menjadi sebuah identitas serta merupakan simbol dari keperkasaan pulau Madura. Dari segi pariwisata, Karapan Sapi merupakan pemasok utama untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Karena dari sektor inilah para Wisatawan Mancanegara (Luar Negeri) dan Wisatawan Domestik (Dalam Negeri) berkunjung ke pulau Madura untuk menyaksikan kelincahan, keperkasaan, dan kecepatan dari laju sapi karapan itu. Serta sekaligus melihat keberanian, kelihaian, dan kepiawaian dari para joki yang sedang mengendalikan sapi tunggangannya.
Karapan Sapi ini mengandung nilai-nilai yang dapat dijadikan sebagai acuan didalam menjalani kehidupan ini. Banyak sekali nilai-nilai yang dapat diambil didalamnya. Diantaranya adalah nilai kerja keras, dari nilai ini menunjukkan adanya Kerja Keras dari seorang pelatih didalam proses pelatihan sapi karapan sehingga menjadikan sapi kuat dan tangkas. Selanjutnya adalah nilai Kerjasama, dari nilai ini sudah dapat diketahui adanya kerjasama antara peserta lomba dengan para pendukung atau suporter. Berikutnya adalah Nilai persaingan, dari nilai ini sudah dapat diketahui adanya persaingan antar peserta ketika perlombaan sudah dimulai. Masing-masing peserta berusaha agar sapinya dapat menjadi juara atau pemenang. Nilai yang selanjutnya adalah nilai ketertiban, dari nilai ini tidak hanya ditunjukkan oleh para peserta lomba saja, akan tetapi juga para penonton yang menyaksikan perlombaan Karapan Sapi ini. Dan yang terakhir adalah nilai sportivitas, dari nilai ini bukan hanya pada saat perlombaan Karapan Sapi berlangsung akan tetapi pada saat kalahpun harus menerima dengan lapang dada.

Menduniakan Madura melalui Karapan Sapi

Karapan Sapi adalah salah satu konten positif yang bisa menduniakan Madura. Banyak sekali nilai-nilai positif yang dapat diambil dan dapat dibuat pelajaran bagi para sobat blogger yang lainnya. Karapan Sapi merupakan salah satu kebudayaan yang berada di pulau Madura, Provinsi Jawa Timur. Kebudayaan ini perlu dijaga dan dilestarikan agar tidak punah ditelan waktu. Mengapa aku membuat judul “Karapan Sapi Menduniakan Madura”? karena dari kebudayaan inilah mudah-mudahan Madura bisa lebih dikenal dan lebih familiar bagi wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar